KEMALNUAN
Banten terdapat empat ‘ulama yang hubungan kekeluargaannya sangat akrab yaitu :
1. KH. Tb. Sholeh Kananga
2. KH. Tb. Arsyad Tegal Menes
3. KH. E. Muhammad Yasin
4. KH. Mas. Muhammad Abdurrahman bin Jamal
Satu sama lain saling terkait kekeluargaan sebagai berikut :
KH. Tb. Sholeh mertua KH. Mas. Abdurrohman bin Jamal dan KH. Tb. Sholeh sepupunya Ratu Hj.Salamah istri KH. Arsyad Tegal yang punya anak KH. Tb. Rusydi menikah kepada Nyi. Ayu Hj. Zenab binti KH. E. Muhammad Yasin, ulama tersebut tidak sekedar menyatu badannya, ilmu amaliahnya juga cita-cita luhur dalam pengembangan islamiyahnya mufakat, dan keempat ulama tersebut menyatu dalam visi dan misi sampai pada pendirian Mathlaul ‘Anwar.
A. KELAHIRAN MATHLALUL ‘ANWAR
Seorang pemuda kelahiran Kp. Janaka Kec. Jiput Kab. Pandeglang bermukim dan belajar langsung kepada Syekh Muhammad Nawawi Al-bantani di Makkatul Mukarromah di pinang oleh KH.Tb. Sholeh untuk di nikahkan kepada putri tertuanya nyi. Ratu Enong binti KH. Tb. Sholeh. Sang pemuda di kirim dana secukupnya untuk pulang dari Makkah dan di mohonkan restu dari Al-allamah Syekh Muhammad Nawawi al-bantani agar menjadi pejuang pendidikan Aswaja di Banten khususnya.
B. PERIODE PERTAMA
Pada tahun 1916 M. keempat ulama tersebut sepakat untuk mendirikan LPI Ahlussunnah Wal Jama’ah yang berpedoman kepada :
1. Al-Qur’anul Karim
2. Al-Hadits
3. Ijma
4. Qiyas
Dengan nama awal Mathla’ul Anwar di Menes Pandeglang Banten, madrasah ini menggunakan sistem klasikal, yaitu :
1. Kelas A dan B (sebagai kelas dasar dan menengah pertama)
2. Kelas 1-7 (adalah kelas program menengah atas dan program tingkat tinggi)
Keberadaan Mathla’ul Anwar beroleh dukungan dari seluruh kiyai dan santri, sehingga perkembangan awalnya tiap kelas rata-rata 70-80 santri. Melalui program khusus dari keempat ulama pendiri tadi setiap pelajar yang punya syahadah / ijazah keluar dari kelas 7 di kirim ke berbagai daerah untuk mengembangkan perolehan ilmunya di daerah yang sesuai dengan SK. PB Mathlaul ‘Anwar, karena taat-nya tidak ada seorang pun yang menolak, kiyai yang mengajar nya ikhlas Ridlo Allah menyertainya dan 95% tiap tahunnya yang keluar dari kelas 7 rata-rata menjadi calon kiyai yang kualified seperti seorang yang bernama Ahmad Siddik lulus dari kelas 7 langsung di beri SK. Untuk mengajar di Mathlaul ‘Anwar Manggala kp. Utara. Keberadaan Ahmad Siddik tidak sekedar di madrasah namun aktif juga di tengah-tengah masyarakat, sehingga tertariklah ayahandanya Alamsyah Ratu Prawira Negara di kp. Manggala dan memasukannya di madrasah hingga tamat.
C. PERIODE KEDUA
Atas restu KH. Kholil Madura dan sampai tiga kali melakukan teguran kepada Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari agar ia mengundang :
· Alumnus Syekh Muhammad Nawawi Al-bantani
· Ulama ASWAJA
Untuk mendirikan NO (Nahdlatul ‘Ulama) tepatnya pada tanggal 16 Rajab 1344 H. atau 31 Januari 1926 di Tebu Ireng Jombang Jawa Timur, tokoh utama yang mendirikannya adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah, sedang Rois Syuryahnya Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari. Adapun latar belakang didirikannya NO adalah :
· Karena para ‘ulama ingin mempersatukan umat Islam
· Karena ingin memurnikan pemahaman ajaran syari’at Islam
· Ingin mengusir penjajah
· Karena tanggung jawab di dunia Islam
Pada pembentukan itu hadir KH. Mas Abdurrahman bin Jamal yang sudah beroleh sebutan Bahrul Ulum dan KH. E. Moh. Yasin, kedua ‘ulama tersebut selain menyetujui di dirikan nya Nahdlatul ‘Ulama selanjutnya menyetujui pula konsensus Tebu Ireng perpanjangan nama pada setiap lembaga yang di khadami para peserta Konsensus Tebu Ireng di terima dan di laksanakan oleh pendiri lembaga pendidikan Mathlaul ‘Anwar sehingga terjadilah MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA dan Jam’iah Nahdlatul ‘Ulama cabang Menes. Pembentukan NO dan penambahan nama MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA di pertanggungjawabkan kepada HB. (Hoofd Bistir / Pengurus Besar) MATHLA’UL ANWAR di Menes, sehingga madrasah bertambah barokahnya dengan berdirinya puluhan cabang di berbagai daerah seperti Karawang, Bogor, Sukabumi, Lampung, Palembang. Suatu catatan yang harus di ketahui pada muktamar NU ke 12.
Pada muktamar NU di Malang ke 12 tahun 1937, KH. E. Muhammad Yasin di tunjuk untuk penyelenggaraan muktamar NO ke 13 tahun 1938 di Menes, karena sudah sepuh dan sering udzur sedang sibuknya mempersiapkan muktanmar ke 13, KH. E. Muhammad Yasin wafat maka kedudukan ketua penyelanggara muktamar NU ke 13 di Menes di alihkan kepada menantunya KH. Tb. M. Rusydi bin KH. Tb. Arsyad berlangsunglah muktamar yang inti kepanitiaannya adalah PB. MATHLAUL ‘ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA.
Periode kedua ini berlangsung dengan matang dan beroleh sukses sampai tahun 1952 karena di dukung oleh para ulama, pada periode ini bukan saja keempat pendiri yang telah wafat namun beberapa ‘ulama yang termasuk figure ‘ulama tidak sedikit yang meninggal dunia, seperti KH. Sulaiman orator ulama Banten, KH. Ma’mun Labuan, KH. Muniran Munjul, KH. Abbas Cibaliung, KH. Habri bin KH. Abdurrahman bahrul ‘Ulum, KH. Ali Husen Mandalawangi, KH. Rd. Sugiri Mandalawangi, KH. Med dan KH. Gozali Petir Serang, KH. Halimi Ciherang, termasuk ulama kepercayaan pendiri KH. Tb. Rusydi tahun 1948 di tembak belanda saat mengimami shalat subuh di masjid Ciherang.
D. PERIODE KETIGA
Pada tahun 1952 M. NO melaksanakan muktamar di Palembang Sumatera Selatan tiga tokoh ‘ulama banten, yaitu:
1. KH. Amin Djasuta dari kota Serang
2. KH.Ayip Muhammad Dzuhri mantunya KH.Tb. Ahmad Khotib
3. KH. Uwes Abu Bakar yang saat itu double jabatan :
· Ketua NO banten
· Ketua PB. MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA
Dari beberapa hasil keputusan muktamar NO Palembang di antaranya NO menyatakan keluar dari partai Masyumi, ketiga utusan dari Banten menerima dan menyetujuinya kecuali KH. Amin Djasuta yang menolak dan akhirnya dia pindah ke Jam’iatul Wasliyah yang berpusat di kota Medan.
Adapun KH. Ayip Dzuhry 100% menerimanya hingga meninggal dunia, dan KH. Uwes Abu Bakar di Medan muktamar Palembang menerima NO keluar dari masyumi namun setelah beberapa tahun karena akrabnya dengan tokoh Muhammadiyah KH. Shalleh Su’aedi Jakarta dan Mayor Nafsirin Hadi, SH. berubahlah keputusannya sehingga Hittoh ‘Ulama pendiri dan keputusan consensus Tebu Ireng yang telah menetapkan MATHLAUL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA ternyata oleh KH. Uwes Abu Bakar di tinggalkan, sehingga bersama para tokoh Muhammadiyah kalimat LINAHDLOTIL ‘ULAMA di hilangkan dan MATHLA’UL ANWAR di lanjutkan bersama tokoh di luar NAHDLATIL ‘ULAMA dan madrasah pusat MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA di klaimnya, kemudian ulama senior Menes ba’da Bahrul ‘Ulum yaitu: KH. Abdul Latief Nanggorak Menes dan alumnus Al-azhar Mesir KH. M. Zunaedi bin KH. E. Muhammad Yasin pendiri MATHLA’UL ANWAR meneruskan MATHLA’UL ANWAR LINADLOTIL ‘ULAMA dengan dukungan para ulama dan kiyai yang tidak kurang dari 80%.
E. PERIODE KEEMPAT
Dua ulama terkemuka di Menes KH. Abdul Latif dan KH. M. Junaedi bin KH. E. Muhammad Yasin melanjutkan syi’arul Islam ASWAJA lewat lembaga pendidikan Islam wafat. Kemudian di adakanlah kombes (konferensi besar) MATHLAUL ANWAR yang di hadiri oleh para pemuka MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA, yang hadir tidak sekedar dari banten namun dari Karawang, Bogor dan Lampung pun dengan rasa tanggung jawab hadir pada waktunya. Di susunlah dewan pengurus / PB. MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA yang terdiri dari syuryah dan tanfiriyah sbb :
Syuryah, Roisul A‘amnya : KH. Tb. Abdul Mu’thi dan para kiyai senior, rois 1 KH. Ihya perintis kemerdekaan yang pernah di buang ke Digul Irian Jaya bersam KH. Tb. Ahmad Khotib. Adapun ketua umum tanfiziyahnya yaitu KH. Tb. A. Ma’ani Rusydi bin KH. Tb. Rusydi bin KH. Tb. Arsyad pendiri MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA.
Dengan kerja keras dan keikhlasan figure seorang tokoh umum yang pada saat itu sebagai ketua DPRD Pandeglang berhasil membangun gedung MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA pusat di depan alun-alun Menes.
Ketua umum PBNU / waferdam KH. Dr. Idham Kholid baru saja selesai musyawarah terbatas memanggil KH. A. Ma’ani Rusydi ternyata yang hadir pada waktu itu adalah KH. Muhammad Dahlan, KH. Muhammad Ilyas, KH. Saepudin Dzuhri, KH. Idham Kholid mohon di amini oleh kiyai-kiayi senior NO tersebut untuk menyingkat LP MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA dengan singkatan MALNU.
Dengan persetujuan dan do’a KH. Idham tidak merasa cukup maka pada peresmian UNU cabang Pandeglang yang sekarang menjadi STAISMAN, KH. Idham Kholid mengumumkan susunan pimpinan UNU cabang Pandeglang dan sekaligus memproklamasikan MATHLA’UL ANWAR LINAHDLOTIL ‘ULAMA dengan singkatan MALNU.
Setelah melakukan upaya pemenuhan sarana dan prasarana MALNU agar tidak memalukan sekaligus guna kelengkapan administrasi yang di minta departemen agama, dan baru terpenuhi akta yayasan LP MALNU yang di buat oleh Notaris Tb. Suhadi Sastra Serang lengkap dengan pasal demi pasal baik AD maupun ART, akta Notaris dengan nomor 111 tahun 1972 dan terus di daftarkan ke kantor pengadilan negeri Pandeglang.
Dari perkembangan dan perjalanan periode keempat tahun 1968 – 2006 di mana pengurus PB MALNU yang tercantum dalam akta Notarisnya telah mengalami kesedihan di mana para ulama dan para pengurus senior MALNU sebanayak 23 orang telah berpulang ke rahmatullah.
F. PROSPEK DAN LANGKAH PERJUANGAN MALNU
Dengan berpedoman pada makolah “ Almuhafadzotu ‘Ala Qodimissolih Walakhdzu Biljadidil Aslah” MALNU yang bergerak dan berjuang untuk umat dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur para pendirinya, maka kurikulum LP MALNU tidak pernah beranjak dari prinsip dasar ‘ulama dan tidak mengenyampingkan perkembangan zaman dan permasalahannya, Perguruan Islam MALNU Pusat telah melakukan langkah-langkah strategis baik melalui proses pengkaderan ulama yang intelek melalui pengiriman alumni-alumni MALNU dengan fasilitas beasiswa di berbagai perguruan tinggi dengan upaya maksimal secara formal kedudukan Madrasah Aliyah Malnu Pusat Menes telah mendapat pengakuan “mu’adalah-mu’adalah” dari Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, dengan barokah dan ma’unah para pendiri dan semoga di dalamnya ridlo Allah SWT. Madrasah MALNU baik MTs maupun Aliyahnya tahun 2006 telah terakreditasi A/unggul dengan piagam :
MTs Nomor : Kw. 28/1/Dam.005/291/2006
MAS Nomor : Kw. 28/1/Dam.006/086/2006
Demikian pula hasil kerjasama dan kehormatan dari berbagai pihak seperti kerjasama dengan dubes Amerika pada tahun 2005 telah memberangkatkan 4 orang siswa/siswi dari MALNU. Tidak sekedar mu’adalah dengan Al-Azhar Kairo Mesir namun tidak sedikit alumninya yang belajar di sana, demikian pula tidak sedikit santriawan dan santriawati yang beroleh beasiswa dari Jaami’ah Al-Ahqof Republic Yaman.
Sekedar untuk di ketahui lambang NO dan artinya gambar bola dunia yang diikat dengan tali, di lingkari 5 bintang di atas garis khatulistiwa dan diantaranya yang terbesar di bagian paling atas, sedang empat bintang lainnya di bawah khatulistiwa sehingga jumlah bintang seluruhnya 9 (Sembilan) bintang terdapat tulisan NAHDLOTIL ‘ULAMA, lambang tersebut di berikan oleh KH. Ridwan ‘Abdullah setelah melakukan shalat istikhoroh.
1. Bumi : mengingatkan di ciptakan dari bumi setelah di tanam kembali dalam bumi dan di hari kiamat akan di bangkitkan kembali dari bumi.
2. Bintang : Bintang paling besar terletak paling atas melambangkan Nabi Muhammad SAW, Empat bintang kecil melambangkan Khulafaurrosyidin.
Empat bintang di bawah khatulistiwa melambangkan Empat Madzhab.
Jumlah bintang ada Sembilan ini melambangkan Wali Songo dan bilangan terbesar.
Tampar/tali : Tampar melingkari bumi melambangkan persatuan dalam ikatan tali Allah (hablillah), Dua ikatan tampar di bawah bumi mengingatkan bahwa kenistaan dan kehinaan akan menimpa orang kafir, Jumlah lilitan tampar seluruhnya 99 melambangkan asmaul husna.